Senin, Agustus 13, 2012

Manusia dan Pandangan Hidup


PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
            Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu ia menentukan masa depan sekarang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
            Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu singkat saja. Melainkan proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataanya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.
            Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
(A) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
(B) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
(C) Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
            Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka pandangn hidup itu disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi politik, ideoliginya disebut ideologi politik. Jika organisasi itu negara, ideologinya disebut ideologi negara.
            Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur – unsur yaitu cita – cita, kebijakan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita – cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak disapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan  akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.
CITA – CITA
            Menurut kamus umum bahasa indonesia, yang disebut cita – cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita – cita merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang. Pada umumnya cita – cita merupakan semacam garis linier yang makinlama makin tinggi, dengan perkataan lain: cita – cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
            Apabila cita – cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita – cita itu disebut angan – angan. Disini persyaratan dan kemampuan tidak / belum terpenuhi sehingga usaha untuk mewujudkan cita 0 cita itu tidak mungkin dilakukan. Misalnya seorang anak bercita – cita ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin berpikir baik, sehingga tidak punya kemampuan berusaha mencapai cita – cita. Itu baru dalam taraf angan – angan.
            Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita – cita terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita – citakan, hal itu tergantung dari tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu yang memiliki cita – cita. Kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita – citakan. Dan ketiga, seberapa tiggikah cita – cita yang hendak dicapai.
            Faktor manusia yang mau mencapai cita – cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yang tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita – citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak – anak muda yang memang senang berkhayal, tatapi sulit mencapai apa yang dicita – citakan karena kurang mengukur dengan kemampuannya sendiri. Sebaliknya dengan anak yang dengan kemampuan keras ingin mencapai apa yang dicita – citakan, cita – cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita – cita merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya puas.
            Faktor kondisi yang mempengaruhi terca[ainya cita – cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita – cita, sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi yang ,erintangi tercapainya suatu cita – cita. Misalnya berikut :
            Amir dan budi adalah dua anak pandai dalam satu kelas, keduanya bercita – cita ingin menjadi sarjana.amir anak orang yang cukup kaya, sehingga dalam mencapai cita – citanya tidak mengalami kesulitan. Malahan dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya merupakan faktor yang menguntungkan atau memudahkannya mencapai coia – cita si amir. Sebaliknya dengan si budi yang orang tuanya ekonominya lemah, menyebabkan ia tidak mampu mencapai cita – citanya. Ekonomi orang tua budi yang lemah merupakan hambatan bagi budi dalam mencapai cita – citanya.
            Faktor tingginya cita – cita yang merupakan faktor ketiga dalam mencapai cita – cita. Memang ada anjuran agar seseorang menggantungkan cita – citanya setinggi bintang di langit. Tetapi bagai mana faktor manusianya?. Mampukah ang bersangkutan mencapainya. Demikian juga faktor kondisinya memungkinkan hal itu. Apakah dapat merupakan pendorng atau penghalang cita – cita. Sementara itu ada lagi anjuran, agar seseorang menenpatkan cita – citanya yang sepadan atau sesuai dengan kemampuannya. Pepatah mengatakan “bayang – bayang setinggi badan.”, artinya mencapai cita – cita sesuai dengan dirinya. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan seseorang secara bertahap mencapai apa yang di idam – idamkan. Pada umumnya dilakkan dengan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuannya yang dimiliki saat itu serta kondisi yang dilaluinya.
            Pada mulanya basir adalah seorang pedagang kecil, pedagang kaki lima. Ia menyadari bawa dengan modal yang kecil maka dengan susah payah diperolehnya keuntungan yang berarti. Karena itu dengan hematnya disisihkan uang keuntungannya untuk memperbesar modal yang lebih besar ia dapat menjadi pedagang menengah. Dan dengan ketekunannya lagi dilalnjutkan kegiatannya dalam dagang. Dengan kejujuran serta kesuhgguhannya dapatlah ia memperbesar usahanya melalui kredit yang dipercayakan bank kepadanya. Dengan pengalamansebagai bekal, kesungguhan serta kepercayaan yang dapat diberikan kepada relasinya. Basir berhasil menjadi pedagang besar. Cita – citanya berangsur dari pedagang kecil kepedagang menengah, dan akhirnya tercapai menjadi pedagang besar.
Suatu cita – cita tidak hanya dimiliki oelh individu, masyarakat dan bangsapunmemiliki cita – cita juga. Cita – cita suatu bangsa merupakan keinginan atau tujuan suatu bangsa. Misalnya bangsa indonesia mendirikan suatu negara yang merupakan sarana untuk menjadi sauatu bangsa yang masyarakatnya memiliki keadilan dan kemakmuran .
KEBAJIKAN
            Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma – norma agama dan etika.
            Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.
            Manusia adalah seseorang pribadi yang utuh terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri, prasaan sendiri, cita – cita sendiri dan sebagainya. Justru karena itu, karena mementingkan diri sendiri, seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.
            Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
            Manusia sebagai makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan jasmani dan rohani juga fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air, tumbuhan dan sebagainya.
            Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tige segi, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia sebagai makhluk Tuhan.
            Sebagai makhluk pribadi, manuisa dapat menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati. Suara hati adalah semacam bisikan di dalam hati yang mendesak seseorang, untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah laku. Jadi suara hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu , nilai suara hati amat beasr dan penting dalam  hidup manusia. Misalnya orang tahu, bahwa membunuh itu buruk, jahat. Suara hati mengatakan demikian, namun manusia kadang – kadang tak mendengarkan suara hatinya.
            Suara hati selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk barbuat yang baik bagi dirinya. Oleh karena itu, kalau seseorang berbuat sesuatu sesuai dengan bisikan suara hatinya, maka tindakan atau perbuatannya pasti baik. Jadi berbuat atau bertundak menurut suara hati, maka tindakan atau perbuatan itu adalahn baik. Sebaliknya perbuatan atau tindakan berlawanan dengan suara hati kita, maka perbuatan  atau tindakan itu buruk. Misalnya, suara hati kita mengatakan “tolonglah orang yang menderita itu”, dan kita berbuat menolongnya, maka kita berbuat kebajikan. Sebaliknya, apabila hati kita berkata demikian, namun kita hanya seolah – olah tak mendengarkan suara hatu, maka munafiklah kita.
            Karena merupakan anggota masyarakat, maka seesorang juga terikat dengan suara masyarakat. Setiap masyarakat adalah kumpulan pribadi – pribadi, sehingga setiap suara masyarakat pada hakekatnya adalah kumpulan suara hatu pribadi – pribadi dalam masyarakat itu. Sebagaimana suara hati tiap pribadi itu pasti selalu menginginkan yang baik, maka masyarakat yang terdiri atas pribadi – pribadi itupun pasti suara hatinya juga menginginkan yang baik untuk kehidupan masyarakat. Sebab itu jika benar – benar berdasarkan pada suara hati anggota – anggotanya, suara hati masyarakat pada dasarnya adalah baik. Misalnya, watga disuatu daerah menghendaki kerja bakti dengan mengadakanpembersihan saluran air dikampung. Bila kita ikut beramai – ramai kerja bakti, berarti kita mengikuti suara hati masyarakat, kerja bakti itu. Tetapi bila kita tidak mengikutnya berarti kita tidak mau mengikuti suara hati masyarakat.
            Sesuat yang baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan masyarakat. Teepi sapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi kepentingan umum/masyarakat tidak baik bagi salah seorang atau segelintir orang didalmnya atau sebaliknya. Dengan demikian, seseorang harus tunduk kepada apa yang baik bagi masyarakat umum.
Contoh : budi tidak setuju jalan didepan rumahnya diperlebar, karena harus memotong bagian depan rumahnya. Tetapi ,asyarakat kampung mengusulkan dan telah sidetujui jalan itu harus diperlebar demi keamanan. Akhirnya karena desakan selurh warga, dengan sangat terpaksa budi menyetujuinya.
            Jadi baik atau buruk itu dilihat menurut suara hati sendiri. Meskipun demikian harus dinilai dan diukur menurut suara atau pendapat umum. Disini tidak berarti bahwa pendapat umum atau kepentingan umum itu diatas segala – galanya, sehingga suara hati, pendapat atau kepentingan pribadi – pribadi diperkosa begitu saja.
            Sebagai makhluk tuhan, manusiapun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik buruk, harus kita debgar pula suara Tuhan atau kehendak Thuan. Kehendak Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
            Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suar masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.
            Baik-buruk, kebajikan dan ketidakbijakan menimbulkan daya kreatifitas bagi seniman. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi kebajikan dan ketidakbajikan.
            Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang – orang munafik, yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.
Kebajikan manusia nyata dan dapat dirasakan dalam tingkah lakunya. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah lakunya sendiri – sendiri, sehingga tingkah laku setiap orang berbeda – beda.
            Faktor – faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor pembawaan ( heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal yang diturunkan atau dipusakai oleh orang tua. Tetapi mengapa mereka yang saudara sekandung tidak memiliki pembawaan yang sama?. Hal itu disebabkan, karena sel – sel benih yang mengandung faktor – faktor penentu (determinan) berjumlah sangat banyak. Pada saat konsepsi saling berkombinasi dengan cara bermacam – macam sehingga menghasilkan anak yang bermacam macam juga (prinsip variasi dalam keturunan). Namun mereka yang bersaudara memperlihatkan kecondongan kearah rata – rata, yaitu sifat rata rata yang dimiliki oleh mereka yang saudara sekandung ( prinsip regresi filial). Pada masa kosepsi atau pembuahan itulah terjadi pembentukan temperamen seseorang.
            Faktor kedua yang menentukan tingkah laku sseorang adalah lingkungan (environment). Lingkungan yang membentuk seseorang merupakan alam kedua yang terjadinya setelah seorang anak lahir ( masa pembentukan seorang waktu masih dalam kandungan merupakan alam pertama). Lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga orang tua maupun anak – anak yang lebih tua merupakan panutan seseorang, sehingga bila yang dianut sebagai teladan berbuat yang baik – baik, maka si anak yang tengah membentuk diri pribadinya akan baik juga. Dalam lingkungan sekolah yang menjadi panutan utama adalah guru, sementara itu teman – teman sekolah ikut serta memberikan andilnya. Dalam lingkungan sekolah tokoh panutan seorang anak sudah memilikiposisi yang lebih luas dibandingkan dengan dalam keluarga. Pembentukan pribadi dalam sekolah terjadi pada masa anak – anak atau masa sekolah. Lingkungan ketiga adalah masyarakat, yang menjadi panutan baig seseorang adalah tokoh masyarakat dengan masa setelah anak – anak menjadi dewasa atau duduk di perguruan tinggi. Selain tokoh – tokoh dalam rumah tangga, sekolah dan masyarakatyang merupakan person, kepribadian seorang anak juga memperoleh pengaruh dari benda – benda atau peralatan dalam lingkungan tersebut yang merupakan non person. Karena itu dalam pembentukan kepribadian pada umumnya anak – anak kota lebih terampil dibandingkan dengan anak pedesaan, namun dalam hubungan bermasyarakat lebih – lebih yang berjenjang anak – anak dari daerah pedesaan lebih unggul.
            Faktor ketiga yang menentukan tingkah laku seseorang adalah pengalaman yang khas yang pernah diperoleh. Baik pengalaman pahit yang sifatnya negatif, maupun pengalaman yang manis yang sifatnya positif, memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan. Mungkin sekali bahwa berdasarkan hati nurani seseorang mau menolong orang dalam kesusahan, tetapi karena pernah memperoleh pengalaman pahit waktu mau menolong seseorng sebelumnya, maka niat baik itu tertahanm sehingga diurungkan untuk membantu. Belajar hidup dari pengalaman inilh yang merupakan pembentukan budaya dalam diri seseorang.
            Dalam prakterknya, dari ketiga faktor diatas, yaitu hereditas, lingkungan, dan pengalaman. Manakah yang paling dominan ? sulit diberikan jawaban, karena ketiga – tiganya terjalin erat sekali. Disamping itu ketiga faktor tersebut dalam membentuk pribadi seseorang berbeda kekuatannya dengan pembentukan pada pribadi lain.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com